B. Indonesia

Pertanyaan

buatlah karangan deskripsi Ayahku Panutanku.{maksimal 4 paragraf}.

2 Jawaban

  • Sahabat   Sahabat adalah orang terdekat,yang mampu memahami keadaan kita.Dia adalah orang yang paling mengerti,yang membuat kita nyaman untuk menuangkan segala unek-unek.Sahabat yang selalu ada saat temannya membutuhkan dan tidak akan meninggalkannya.Sahabat sejati tidak akan menghianati.Kita bisa menceritakansemua tentang masalah,kesenangan, dan pada saat kita sedih hingga hati kita merasa lebih lega.Arti sahabat bagi saya sangat berharga,dan tidak akan terlupakan sampai saya tua nanti

  • AYAH KAULAH PANUTANKU !!
    DIDIKANMU TIADA BATAS

    Ayahku adalah anak pertama dari lima bersaudara. Beliau biasa dipanggil dengan sebutan Nanang. Beliau dilahirkan melalui proses persalinan normal dengan berat badan 3 kg dan panjang 51 cm pada tanggal 16 Oktober. Panggilan Nanang diberikan karena Ayahku adalah anak laki-laki. Tempat tinggalnya tidak berpindah-pindah mulai dari lahir sampai sebelum menikah yaitu tepatnya di Jalan Pahlawan Gapuro nomor 14 Gresik. Kehidupan keluarganya sangat sederhana. Selisih umur antara anak yang satu dengan yang lain hanya berselisih 2 s.d. 3 tahun. Beliau dan saudara-saudaranya sangat menghormati orang tuanya, karena didikan orang tuanya yang selalu memberikan suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya untuk bekal kehidupan kelak. Dan yang paling utama adalah orang tuanya selalu mendoakan agar selalu diberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala hal, meskipun keadaan ekonomi keluarga yang serba sederhana, mereka tidak pernah menyerah dan putus asa. Lantaran kedua orang tua Ayahku sibuk bekerja anak-anaknya diasuh oleh kakaknya sendiri. Dan apabila anak-anaknya ada yang pergi ke sekolah, anak yang masih kecil dititipkan kesaudara Ayahku. Beliau dibesarkan dengan pola didik keluarga yang demokratis, sehingga anak-anaknya selalu penurut. Hal tersebut juga saya alami saat ini yaitu hidup yang super disiplin dan segalanya serba teratur. Terkadang hati ini rasanya ingin berontak dan berteriak keras. Pernah terjadi suatu kejadian ketika aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) tepatnya kelas VIII, waktu belajar kelompok aku mengendarahi sepeda motor di jalan raya, aku dipukul dengan sapu lidi hanya karena belum mempunyai Surat Izin Mengemudi (SIM), padahal jarak antara tempat tinggal dengan sekolah tidak seberapa jauh. Berangkat dari situlah saya tidak pernah menggunakan sepeda motor di jalan raya sebelum mempunyai SIM. Hal tersebut tidak pernah lupa dalam benak otakku. Seiring berjalannya waktu aku selalu berpikir bahwa didikan Ayahku itu benar karena aku dididik hidup disiplin yang selalu dalam pemantuan untuk bekal hidup dimasa depanku esok.
    Pada waktu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII, Ayahku dititipkan Ibunya kesebuah pekerjaan konveksi pakaian, yang tepatnya di daerah Gresik dan tidak jauh dari rumahnya. Alasan Ibunya menitipkan beliau untuk bekerja di sebuah konveksi itu adalah untuk membantu biaya sekolah dan sisa uangnya untuk keperluan keluarga. Ketika sedang bekerja, banyak hal-hal yang telah dilakukannya, diantaranya selalu peduli dengan fakir miskin yang datang untuk meminta sedekah. Sosok Ayahku sangat mempunyai rasa empati yang besar, walaupun di tempat konveksi itu banyak pekerja lebih kurang 14 orang, tetapi mereka hanya mempunyai rasa empati yang kecil. Seharusnya, para pekerja disitu harus tanggap pada lingkungan sekitar, karena pimpinan konveksi itu tidak berada pada satu tempat kerja dan di tempat itu hanya khusus untuk bekerja saja.
    Ayahku meletakkan uang yang akan diberikan kepada fakir miskin pada suatu tempat, hal itu dilakukan karena tidak mempunyai dompet. Uniknya, Ayahku menyimpannya hanya ditempatkan dilubang luar rumahnya, kemudian ditutup dengan pasir dan lubang itu hanya diisi dengan uang kericik (logam). Selain itu uang gajian yang beliau terima diletakkan di tempat bekas deterjen. Jadi adik-adiknya jikalau meminta uang kepadanya, cukup mengambil dari tempat bekas deterjen tersebut, dengan syarat harus menulis apa yang diperlukan. Misalnya krupuk dan kecap untuk lauk makan, dsb. Hal ini juga terjadi pada kehidupanku saat ini, segala pengeluaran berbentuk apapun harus ada rinciannya, agar selalu bersikap jujur dan bisa memanajemen uang secara maksimal. Ayahku setiap hari selalu memberikan masukan dan arahan-arahan. Ibaratnya “Tiada Hari Tanpa Ngomel” Itulah sosok Ayahku yang sesungguhnya, tetapi hal itu tidak membuatku bosan mendengarnya melainkan membuatku berpikir selangkah lebih maju dan harus didasari sikap positif.

Pertanyaan Lainnya